Senin, 30 Januari 2012

Kampus Cyber University Ada di Semarang

Pendidikan tinggi juga harus murah. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat bisa dijadikan untuk memulai langkah itu.

DI ruangan kerja yang cukup luas dan tertata rapi dengan sebuah meja kerja berlatar belakang buku-buku tersusun di rak, ruang rapat kecil, dan sofa untuk tamu, ia berkantor dan beraktivitas.

Sosok yang satu ini, Prof Dr Laode Masihu Kamaluddin MD MEng, tidaklah terlalu asing di kalangan mahasiswa Indonesia. Sebab, sejak duduk sebagai mahasiswa di Universitas Padjadjaran, Bandung, hingga malang melintang di dunia politik, namanya sering disebut-sebut pers.

Kini dia kembali ke kampus, memimpin Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah. Pria yang selalu berpenampilan sederhana ini mengatakan tidak ingin berpangku tangan dalam pengabdiannya sebagai rektor. "Saya tidaklah lagi muda, sehingga di masa sekarang ini semua gagasan dan pemikiran serta hasil karya ini saya sedekahkan kepada bangsa dan negara," kata pria kelahiran Sulawesi Tenggara, 17 Agustus 1949 ini.

Maka begitu dilantik, Laode ingin segera merealisasikan gagasannya untuk menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang dipimpinnya selangkah lebih maju.

Berada di lingkungan birokrasi kampus, ternyata tidak mengubah gaya Laode yang selalu berani termasuk membuat terobosan sistem pendidikan. Mantan anggota MPR perwakilan utusan daerah dari Sulawesi Tenggara (1993-1997 dan 1999-2004) ini melihat perkembangan teknologi telekomunikasi terutama internet bisa dimanfaatkan membantu dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.

Tepatnya Laode ingin lari dari model pendidikan konvensional yang harus mempertemukan dosen dan mahasiswa di kelas. "Kita harus berani lari dari kebekuan model pendidikan seperti itu."

Dengan sebuah tablet berukuran layar 10 inci, jemari Laode siang itu tampak bergerak lincah membolak-balik program dan sesekali berkomunikasi dengan dunia luar melalui alat tersebut. Ia sepertinya tidak terkungkung oleh batasan ruang kerjanya.

"Setiap hari kerja, ya begini ini suasananya," katanya kepada Media Indonesia, Senin (17/1). Ia pun mengakui berbagai kegiatan yang dilakukan baik sebagai rektor, guru besar, maupun jabatan lainnya sering terbantu dengan alat komunikasi tersebut.

Menurutnya, perubahan teknologi dari analog ke digital yang saat ini melanda dunia sebenarnya peluang besar untuk menjadikan pendidikan tinggi lebih bermutu. "Sebenarnya yang kita harapkan bisa terbantu dengan kemajuan teknologi yang pesat ini. Bukankah dalam pembukaan UUD '45 sudah jelas dituliskan kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya.

Memudahkan mahasiswa
Mengawali ide memanfaatkan teknologi cyber di universitas yang dipimpinnya tidaklah datang begitu saja. Laode mengatakan ide itu muncul saat dia mengamati penggunaan teknologi komunikasi yang telah mencapai kemajuan cukup pesat di masyarakat terutama anak muda.

"Literatur pun mendukung. Penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari telah mewabah. Bahkan dalam catatan yang ada, 46% warga Asia telah menggunakan teknologi ini," katanya.

Laode mencoba menangkap fenomena faktual tersebut untuk diterapkan di kampus yang dipimpinnya. "Kalau sementara orang melihat ini adalah teknik, gejala kemajuan teknologi komunikasi ini saya lihat secara kultural di mana penggunaan kemajuan teknologi telah mewabah dan menjadi budaya yang tidak dapat dilepas begitu saja," terangnya.

Maka dimulailah megaproyek penerapan teknologi digital ini di Unisulla. Laode mengawali dari mulai membangun infrastruktur teknologi hingga pelaksanaan, termasuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengoperasikannya, dari tenaga pengajar dan administrasi hingga seluruh karyawan.

Untuk mewujudkan visi Laode, Unissula Semarang berani berinvestasi sekitar Rp20 miliar. Dana sebesar itu untuk membangun tiang pemancar, stasiun komunikasi, hingga pengadaan peralatan bekerja sama dengan Korea.

Gerakan cyber university terus digulirkan hingga pada akhirnya semua perangkat teknologi sampai SDM telah siap beroperasi. Lewat terobosan Laode dan jajaran Unissula tersebut, tidak mengherankan apabila kini sekitar 3.000 mahasiswa Unissula telah menerapkan penggunaan cyber untuk mengikuti perkuliahan. Bahkan dengan teknologi ini mahasiswa 'dimanjakan' karena bisa mengikuti perkuliahan tidak harus berada di kampus, tetapi bisa di rumah, di angkot, ataupun di mana saja dengan radius 70 kilometer dari kampus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor Campus News

free counters

DAFTAR SITUS PERGURUAN TINGGI

Perguruan Tinggi Negeri:

Institut – Sekolah Tinggi Negeri:

Politeknik Negri:

Universitas Swasta:

Institut – Sekolah Tinggi Swasta:

Politeknik Swasta:

Akademi Swasta: